Social Icons

Senin, 01 Juni 2015

Jokowi Salah Langkah Membahayakan Kedaulatan Negara

Beri grasi ke tahanan politik sebagai langkah awal Jokowi.

wildanmarefi.blogspot.com-Presiden Joko Widodo memberikan grasi kepada lima narapidana politik Papua , Sabtu 9 Mei 2015. Lima narapidana ini dipenjara karena telah mencuri senjata di gudang senjata Kodim Wamena pada 3 April 2003.
Mereka yang diberi grasi oleh Presiden adalah Numbungga Telenggen (seumur hidup), Linus Hiluka (20 tahun), Apotnaholik Lokobal (20 tahun), Kimanus Wenda (20 tahun), dan Japrai Murib (20 tahun).


Presiden menyatakan, pemberian grasi ini merupakan upaya awal pemerintah untuk menciptakan situasi kondusif di Papua. 
"Ini upaya pemerintah dalam menghapus stigma konflik yang ada di Papua. Kita ingin ciptakan Papua sebagai tanah yang damai, sebab itulah saya memberikan grasi sore ini," kata Jokowi usai memberikan grasi kepada lima narapidana politik Papua, di Lapas Abepura.
Selain lima narapidana politik ini, Jokowi juga berjanji akan memberikan grasi pula kepada sembilan narapidana Papua lainnya. 
Namun, ada satu narapidana yang tidak diberi grasi oleh Jokowi. Dia adalah Filep Karma, sebab meminta amnesty. Jokowi menyatakan, dia tak bisa serta merta dapat memberikan amnesty. Sebab pemberian amnesty harus melalui persetujuan DPR.
"Saya ingin berikan grasi, tapi dia minta amnesty. Sedangkan amnesty harus persetujuan dewan, kita tunggu apakah dewan setuju," ujar Jokowi. 
Menurut Jokowi, pemberian grasi kepada lima tahanan itu melalui proses yang panjang. Bukan serta merta hanya dipilih oleh Jokowi. "Bukan dipilih tapi melalui komunikasi dan proses," ungkap Presiden. 
Dengan membebaskan semua tahanan politik dan narapidana politik ini, Jokowi berharap mereka akan bersama-sama membangun Papua menuju wilayah yang lebih sejahtera. "Mari semua bergandeng tangan membangun Papua, meski dengan cara yang berbeda-beda," kata Jokowi.
Ia juga meminta melupakan masa lalu dan mengajak untuk menata masa depan. "Mari lupakan yang lalu, jangan lagi saling menyalahkan, tapi mari tatap masa depan yang lebih baik," ujar Presiden. 
Salah satu napol yang mendapat grasi yakni Japrai Murib menyatakan rasa syukurnya atas grasi yang diberikan Presiden Jokowi. "Saya bersyukur dengan grasi ini, ini jawaban yang saya tunggu-tunggu selama 12 tahun 8 bulan saya di penjara, era SBY grasi saya ditolak," katanya. 
Sementara itu, Kimanus Wenda menyatakan, grasi yang diberikan Presiden adalah pemindahan dari penjara kecil ke penjara besar. "Dengan di luar kami bekerja luas dengan masyarakat, sebab kami adalah alat masyarakat," ujar Wenda yang menjalani tahanan selama 12 tahun 8 bulan. 
Selain tahanan politik, Jokowi juga mengajak semua anggota dan pimpinan OPM Goliat Tabuni untuk bersatu membangun Papua. "Ke depan kita akan ajak sama-sama membangun Papua dengan pendekatan kesejahteraan dan meningkatkan pembangunan," kata Presiden. 
Untuk itu, Presiden meminta semua pihak jangan lagi ada yang memanas-manasi situasi Papua. ''Kita akan bangun Papua, jadi jangan lagi ada yang panas-panasi," tutur Jokowi. 
Jokowi mengaku belum menerima surat dari Goliat Tabuni yang berisi pernyataannya untuk terus berjuang demi kemerdekaan Papua. "Saya belum terima suratnya," ujar dia.
Goliat mengklaim bahwa dia telah mengirim surat ke Jokowi melalui kapolres Puncak Jaya, kapolda, dan gubernur Papua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
 
Blogger Templates