Social Icons

Selasa, 26 Mei 2015

QPR Degradasi | Ada Apa Dengan QPR ?



QPR

wildanmarefi.blogspot.com-Akhirnya, setelah hanya bermain imbang dengan Aston Villa dan dikalahkan dengan skor telak oleh Man City, Queens Park Rangers harus merelakan kesempatannya bermain di EPL untuk tahun depan. Ya, klub kaya itu harus rela terdegradasi, karna perolehan poinnya sudah tidak memungkinkan untuk menahan mereka di EPL, musim 2014/2015.



Pasti banyak yang heran (gue sendiri juga heran), ada apakah dengan klub yang berasal dari London utara tersebut? Jujur, saya mempunyai ekspektasi yang lumayan besar dengan klub ini. Saya bahkan memperkirakan QPR akan lolos ke fase Europe League (6 besar EPL). Apalagi semenjak kehadiran pelatih Harry Redknapp, saya semakin yakin jika ekspektasi tersebut bakal terbukti.
Queens Park Rangers, nama sebuah tim asal London yang kini berlaga di kasta tertinggi sepakbola Inggris. Tim yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh salah satu perusahaan penerbangan tersohor di benua kuning ini bisa dibilang tim paling ‘aneh’ di persepakbolaan Inggris.

QPR
Para pemain QPR

Kehadiran juragan asal Malaysia Tony Fernandez membawa sejumlah uang yang banyak ternyata masih kurang untuk membawa klub dengan seragam garis putih biru itu berbicara banyak di Liga Premier Inggris. Bahkan tidak hanya berbicara, membuat kemenangan demi kemenangan saja sangat sulit. Hingga mereka harus terdegradasi.
Banyak yang dilakukan oleh pemilik Air Asia tersebut untuk terus memperjuangkan klubnya di EPL. Mendatangkan beberapa pemain hebat di awal musim. Seperti yang sudah kita lihat, dalam beberapa musim terakhir, QPR selalu membuat kejutan dalam bursa transfer. Nama semacam Esteban Granero, Stephane M’bia hingga Park Ji-Sung, Julio Cesar, dan juga Bossingwa berani meninggalkan klub lamanya demi membela klub London ini. Bahkan di paruh musim mereka juga mendatangkan penyerang asal Perancis, Loic Remy untuk mengobrak-abrik pertahanan musuh, namun tetap saja nihil hasilnya. QPR sangat jauh dari kemenangan.
Bahkan QPR juga sudah mengganti pelatih Mark Hughes dengan pelatih bertangan dingin Harry Redknapp. Pelatih ini disebut-sebut salah satu yang terbaik di Inggris, dan sempat diisukan untuk menggantikan Fabio Capello. Apakah mungkin, eks pelatih Tottenham Hotspur yang terkenal pintar meramu sebuah klub itu gagal menerapkan taktiknya di QPR? Padahal di awal-awal kedatangannya di Loftus Road sudah memberikan angin positif, ketika QPR berhasil mengalahkan rival sekotanya, Chelsea di Stamford Bridge awal tahun 2013.

Harry Redknapp
Harry Redknapp

Tapi bisa jadi, taktik yang digunakan oleh pelatih yang juga om dari Jamie Redknapp ini sepertinya kurang cocok jika diterapkan di klub barunya itu. Redknapp memang terkenal sebagai salah satu pelatih yang masih menerapkan taktik klasik, yaitu bermain melalui sayap. Ketika membesut Tottenham, Gareth Bale tidak seproduktif saat ini untuk urusan mencetak gol, namun dalam hal memberikan assist kepada Adebayor atau Jermain Defoe, Bale ahlinya. Taktik itu juga yang membuat Van Der Vaart memutuskan hengkang dari Hotspur, karna posisinya idealnya (berada di belakang striker tunggal) otomatis tidak ada, jika Hotspur memakai 2 penyereang.
Nah, taktik bermain sayap itu ia terapkan juga di QPR. Pemain winger macam Shaun Wright Phillips, Kieron Dyer dipaksa terus berlari dan melakukan eksploitasi berlebihan pada sayap sejak awal dan crossing yang langsung mengarah ke kotak penalti, dimana ada Taarabt yang sudah menunggu. Pemain tengah lainnya seperti Leroy Fer, Faurlin disiapkan sedikit di belakang para penyerang QPR untuk memberikan tendangan langsung ke gawang, jika umpan yang diberikan gagal dimanfaatkan.
Taktik seperti ini tidak berjalan mulus dan terbukti gagal. Sayangnya, Harry tetap bersikeras menerapkan taktik ini dalam pertandingan-pertandingan QPR selanjutnya, bahkan sampai pertandingan hidup mati, ketika QPR dibantai habis-habisan oleh Man City.
Melihat perjalanan QPR yang terseok-seok di musim ini, saya malah teringat dengan Manchester City di era pengusaha Thaksin Shinawatra. Saat itu, milyarder asal Thailand tersebut datang ke Menchester dengan sejumlah uang yang tidak sedikit. Membuat klub berseragam biru muda tersebut belanja banyak pemain. Tetapi naas, prestasi Manchester City di tahun 2008-an tersebut tidak sebanding dengan sejumlah gelontoran dana dari Thaksin.
Semoga seluruh punggawa QPR, dan khususnya si pemilik Tony Fernandes bisa menerima semua kegagalan ini.
Masih saya ingat dengan jelas komentar beliau dan raut wajahnya di media ketika menanggapi kemenangan pertama klubnya itu di EPL, ketika mengalahkan Fulham dengan skor 2-1, saat menjelang natal. “Ini adalah hadiah Natal terbaik yang pernah ada. Itu adalah penampilan hebat, itu mengagumkan” ujar pengusaha asal Malaysia pada saat itu.
Tony Fernandes, 16-12-12
Tony Fernandes, 16-12-12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
 
Blogger Templates